Saat Anak Sulit Mengikuti Aturan, Mungkin Mereka Hanya Butuh Rasa Terarah
Bukan Anak yang Bandel, Hanya Belum Punya Panduan
Pernah nggak,
kamu merasa seperti mengulang kata yang sama setiap hari?
“Jangan lari-lari di rumah.”
“Rapiin mainannya dulu, ya.”
“Sudah waktunya mandi.”
Dan hasilnya?
Kadang berhasil, tapi sering juga tidak.
Padahal, bukan
berarti anakmu membangkang atau sulit diatur. Sering kali, mereka hanya belum
punya rasa terarah — belum memahami kapan harus melakukan sesuatu, dan
mengapa itu penting.
Nah, di sinilah
peran orang tua menjadi sangat penting: memberi arah, bukan sekadar memberi
perintah.
1. Anak Butuh
Struktur, Tapi Bukan Kekakuan
Di usia 5–7
tahun, anak mulai mencari pola dalam kesehariannya. Mereka senang dengan hal
yang bisa diprediksi: waktu bermain, waktu makan, waktu tidur. Struktur membuat
mereka merasa aman.
Namun, ada garis
halus antara struktur dan kekakuan.
Struktur berarti ada urutan yang jelas, tapi tetap memberi ruang fleksibilitas.
Kekakuan berarti semua harus tepat, tanpa ruang untuk eksplorasi — dan ini
justru bisa membuat anak stres.
Contohnya:
- Struktur: “Kita main 15 menit lagi,
ya. Setelah itu waktu mandi.”
- Kekakuan: “Sekarang juga mandi, tidak
boleh main lagi!”
Anak akan lebih
mudah mengikuti aturan jika mereka mengerti alurnya — bukan sekadar
diperintah.
2. Mengapa
Anak Sering Melanggar Aturan
Anak tidak lahir
dengan pemahaman tentang “aturan.” Mereka belajar dari pengulangan, pengamatan,
dan pengalaman sehari-hari.
Tapi saat aturan
datang dalam bentuk larangan atau nada tinggi, otak anak menutup diri. Mereka
tidak belajar makna dari aturan itu, hanya reaksi terhadap nada kerasnya.
Misalnya:
“Jangan naik
kursi!” akan terdengar seperti ancaman.
Tapi kalau diganti dengan “Kalau kamu berdiri di kursi, bisa jatuh dan sakit,
lho,” anak memahami alasan di balik aturan.
Pendekatan penuh
empati membuat anak lebih mudah mengikuti arahan — bukan karena takut, tapi
karena mengerti.
3. Visual
Membantu Anak Memahami Aturan
Anak di usia dini
lebih mudah belajar lewat gambar dan warna dibanding kata-kata panjang.
Itulah sebabnya alat bantu seperti Little Planner sangat efektif.
Planner ini tidak
hanya berisi jadwal, tapi juga ilustrasi aktivitas harian seperti mandi, makan,
belajar, hingga waktu tidur. Dengan cara ini, anak bisa melihat urutan
kegiatan dan memahami bahwa setiap hal ada waktunya.
Bagi mereka,
melihat gambar “sikat gigi” setelah “sarapan” lebih mudah dipahami daripada
mendengar instruksi berulang.
Dan saat mereka menandai kegiatan yang sudah selesai, muncul rasa bangga kecil
yang membangun kepercayaan diri.
4. Memberi
Rasa Terarah Tanpa Menghilangkan Kemandirian
Banyak orang tua
takut kalau memberi struktur berarti membatasi kreativitas anak.
Padahal justru sebaliknya — ketika anak tahu apa yang diharapkan, mereka lebih
bebas bereksplorasi di dalam batas yang aman.
Cobalah ajak anak
berdiskusi:
“Kamu mau mandi
dulu atau beresin mainan dulu, ya?”
Dengan memberi
dua pilihan yang sama-sama baik, anak belajar mengambil keputusan sendiri
sambil tetap dalam arah yang benar.
Inilah keseimbangan antara arah dan kebebasan.
5. Rutinitas
Membentuk Kesadaran Diri
Ketika anak
terbiasa menjalankan kegiatan secara berurutan, mereka belajar mengenal
tanggung jawab dan konsekuensi kecil.
Misalnya:
- Kalau main dulu sebelum mandi,
waktunya tidur bisa mundur.
- Kalau lupa taruh sepatu di tempatnya,
besok bisa repot cari.
Rutinitas sederhana seperti ini membentuk awareness
tentang sebab-akibat — dasar penting bagi kedewasaan emosional nanti.
6. Little
Planner: Alat yang Membantu Anak Menemukan Arah
Little Planner diciptakan bukan sekadar untuk mengisi
waktu anak, tapi membantu mereka membangun ritme kehidupan sehari-hari.
Planner ini dirancang dengan:
- Visual cerah dan interaktif agar anak semangat menulis dan
menandai aktivitasnya.
- Kolom refleksi kecil yang bisa diisi bersama orang tua
setiap malam.
- Fitur stiker dan tanda warna untuk memotivasi anak tetap semangat
menjalankan rutinitas.
Dengan planner
ini, anak merasa memegang kendali atas harinya — bukan sekadar mengikuti
aturan dari orang dewasa.
7. 3 Tips
Menggunakan Little Planner Agar Anak Lebih Terarah
- Gunakan waktu tetap untuk kegiatan
utama.
Misalnya, waktu belajar selalu setelah makan siang. Anak jadi mudah mengenali pola. - Gunakan
simbol sederhana.
Misalnya ☀️ untuk pagi, 🍎 untuk makan, 🌙 untuk waktu tidur. - Berikan
penghargaan kecil.
Saat anak konsisten mengikuti jadwal, beri pujian seperti:
“Kamu hebat banget, sudah ingat waktu sendiri!”
Pujian kecil
seperti ini memberi validasi positif dan memperkuat perilaku baik.
8. Penutup:
Anak Tak Butuh Banyak Aturan, Cukup Arah yang Jelas
Kadang kita
berpikir anak harus diatur agar tertib.
Padahal, yang mereka butuhkan bukan banyak aturan — tapi arah yang jelas dan
konsisten.
Dengan pendekatan
yang lembut, sedikit fleksibilitas, dan alat bantu seperti Little Planner,
anak bisa tumbuh lebih mandiri, disiplin, dan bahagia menjalani rutinitasnya
sendiri.
💛 Yuk, bantu anak menemukan arah dengan cara yang
menyenangkan melalui Little Planner.
Kamu bisa mendapatkannya di kliklaman.com/little-planner.
Satu planner kecil, arah besar menuju kebiasaan baik yang bertahan seumur hidup.
- cara agar anak mau mengikuti aturan
- parenting
lembut untuk anak usia 5 tahun
- planner
anak untuk membangun rutinitas
- alat bantu anak belajar tanggung
jawab
- tips
membentuk disiplin anak
Tidak ada komentar untuk "Saat Anak Sulit Mengikuti Aturan, Mungkin Mereka Hanya Butuh Rasa Terarah"
Posting Komentar