Anak Lebih Terbuka Saat Mereka Merasa Dihargai — dan Kreativitas Bisa Jadi Jalannya
Ada kalanya kita, sebagai orang tua, ingin tahu apa yang sebenarnya dipikirkan anak.
Namun, seiring bertambahnya usia, mereka mulai punya “dunia sendiri”. Cerita yang dulu mengalir lancar sebelum tidur, kini terganti dengan jawaban singkat: “Gak apa-apa, Ma.” atau “Terserah.”
Tapi tenang. Anak
bukan menjauh, mereka hanya sedang mencari cara baru untuk mengekspresikan
diri. Dan di sinilah kreativitas — lewat kegiatan kecil yang mereka sukai —
bisa jadi jembatan untuk membuat mereka lebih terbuka, percaya diri, dan
merasa dihargai.
1. Anak Butuh
Dihargai, Bukan Sekadar Didengar
Kebanyakan anak
bukan tidak mau bercerita — mereka hanya ingin merasa dihargai tanpa
dihakimi.
Ketika mereka menggambar sesuatu yang “tidak masuk akal” atau punya ide yang
tampak aneh, sering kali kita langsung mengoreksi:
“Itu warnanya
salah, Nak.”
“Harusnya begini, bukan begitu.”
Padahal, lewat
coretan itu, mereka sedang berusaha mengungkapkan isi pikirannya.
Kalimat sederhana seperti:
“Wah, keren
banget idemu!”
atau
“Ceritain dong kenapa kamu pilih warna itu?”
bisa membuka ruang besar bagi anak untuk merasa diterima.
Teknik NLP
seperti positive reinforcement dan curious questioning ini
membantu anak menumbuhkan rasa aman untuk mengekspresikan dirinya — tanpa takut
salah.
2. Kreativitas
Adalah Bahasa Anak untuk Mengungkapkan Diri
Anak mungkin
belum bisa menjelaskan perasaan mereka dengan kata-kata.
Tapi lewat kreativitas — gambar, cerita, karya, atau permainan — mereka bisa
mengekspresikan hal-hal yang sulit diucapkan.
Ketika anak
membuat sesuatu, mereka sebenarnya sedang berbicara lewat bentuk dan warna.
Maka, biarkan kreativitas itu mengalir.
Sediakan waktu 15–30 menit setiap hari untuk “waktu bebas berkreasi” tanpa
aturan atau batasan.
Kamu bisa duduk
di sebelahnya, bukan untuk mengarahkan, tapi untuk menemani.
“Mama suka lihat
kamu fokus gitu, kayaknya seru banget ya bikin hal ini?”
Kalimat ini
memberi makna emosional yang kuat. Anak merasa diperhatikan tanpa tekanan,
dan komunikasi pun terbuka dengan alami.
3. Jadikan
Aktivitas Kreatif Sebagai Waktu Berkualitas Bersama
Di dunia yang
serba cepat ini, waktu bersama keluarga kadang jadi hal langka.
Tapi melalui kegiatan kreatif — menggambar, membuat proyek DIY, atau berjualan
mini dengan mainan edukatif — kita bisa kembali membangun bonding time
yang hangat.
Contohnya, kamu
bisa mengajak anak membuat “produk” sederhana dari kertas dan spidol, seperti
label minuman buatan sendiri atau desain kemasan lucu.
Selama proses itu, kalian akan banyak tertawa, berdiskusi, dan saling mengenal
karakter masing-masing.
Menurut
pendekatan NLP, emosi positif yang dikaitkan dengan aktivitas tertentu
akan memperkuat ikatan di antara pelakunya.
Artinya, setiap kali anak berkreasi bersama kamu, mereka membentuk anchor
positif — kenangan hangat yang akan mereka bawa hingga dewasa.
4. Hargai Setiap Proses, Sekecil Apa Pun
Ketika anak
menunjukkan hasil karyanya, tahan diri untuk langsung menilai.
Alih-alih berkata, “Bagus banget!” (yang kadang terdengar datar), coba gunakan
bahasa yang fokus pada usaha dan niat.
“Kamu kelihatan
serius banget waktu ngerjain ini, pasti kamu bangga banget ya!”
“Aku suka ide kamu bikin ini sendiri, itu keren banget.”
Dengan begitu,
anak merasa hasil usahanya benar-benar dilihat, bukan hanya dinilai.
Dalam NLP, hal ini disebut validation framing — memberikan makna positif
pada perilaku yang ingin ditumbuhkan.
5. Ketika Anak
Dihargai, Mereka Belajar Menghargai Orang Lain
Anak yang
terbiasa dihargai, akan tumbuh menjadi pribadi yang empatik dan terbuka.
Mereka tidak hanya berani berbicara, tapi juga mau mendengarkan orang lain.
Kreativitas membantu mereka memahami bahwa setiap orang punya cara berpikir dan
mengekspresikan diri yang unik.
Kamu bisa bantu
memperkuat hal ini dengan bertanya:
“Kalau temanmu
yang buat ini, kamu mau bilang apa ke dia?”
Pertanyaan
reflektif seperti ini mengajarkan anak nilai empati dan apresiasi — dua hal
penting dalam hubungan sosial dan emosional mereka.
6. Bantu Anak
Menemukan “Suara” Mereka Lewat LilBiz Kit
Kalau kamu ingin
memberi anak wadah untuk menyalurkan ide dan keberanian berekspresi, LilBiz
Kit bisa jadi alat yang sempurna.
Dirancang khusus untuk anak usia 5–10 tahun, kit ini menggabungkan
permainan, kreativitas, dan pembelajaran kewirausahaan ringan.
Anak akan diajak
membuat ide produk mini, merancang logo, menghitung harga, dan membangun mini
bisnis mereka sendiri — semuanya lewat cara yang menyenangkan dan penuh
warna.
Yang lebih penting, mereka belajar berani mengungkapkan ide dan percaya
pada hasil karya mereka sendiri.
Jadi bukan
sekadar main, tapi juga proses pembentukan karakter — dari anak pemalu menjadi
anak kreatif yang percaya diri.
Kamu bisa lihat
detailnya di 👉 kliklaman.com/lilbiz-kit.
Penutup:
Ketika Anak Dihargai, Dunia Mereka Terbuka Lebih Luas
Hubungan orang
tua dan anak tidak selalu harus lewat nasihat panjang.
Kadang, cukup dengan satu momen sederhana: mendengarkan mereka bercerita sambil
membuat karya, tersenyum saat mereka bereksperimen, atau memuji usaha mereka.
Di situlah
keajaiban terjadi.
Anak merasa “Aku berarti.”
Dan ketika mereka merasa berarti, mereka akan lebih berani untuk terbuka,
berbagi, dan mencoba hal-hal baru.
Kreativitas bukan
hanya alat bermain — ia adalah jembatan untuk memahami dunia anak.
Dan jika kamu ingin membantu anak menemukan versinya sendiri dari “Aku bisa!”, LilBiz
Kit siap jadi langkah awal kecil menuju hal besar.
✨ Yuk, temani anak tumbuh lewat
kreativitas.
Kunjungi kliklaman.com/lilbiz-kit untuk mulai perjalanan seru itu hari ini.
- cara membuat anak lebih terbuka pada
orang tua
- tips
mempererat hubungan dengan anak
- aktivitas
kreatif membangun komunikasi anak
- parenting
positif anak usia 5-10 tahun
- bermain
sambil membangun kepercayaan diri anak
Tidak ada komentar untuk "Anak Lebih Terbuka Saat Mereka Merasa Dihargai — dan Kreativitas Bisa Jadi Jalannya"
Posting Komentar