Saat Anak Mulai Punya Opini Sendiri — Cara Bijak Menyikapinya agar Tetap Dekat dan Kompak
“Bunda, aku nggak mau pakai baju itu.”
“Kenapa harus belajar sekarang sih?”
“Menurut aku, main dulu baru makan boleh kok.”
Kalimat-kalimat
seperti ini mulai sering terdengar ketika anak menginjak usia 5–7 tahun.
Di fase ini, anak mulai membangun sense of autonomy — alias ingin
punya kendali atas dirinya sendiri.
Mereka mulai berpikir, berpendapat,
dan kadang… menentang. 😅
Banyak orang tua
kaget dan menganggapnya tanda anak “melawan”.
Padahal sebenarnya, inilah tanda positif bahwa anak sedang tumbuh menjadi
pribadi yang percaya diri dan kritis.
Yang kita butuhkan hanyalah cara bijak untuk mendampingi — tanpa kehilangan
koneksi.
🌿 1. Sadari Bahwa “Ngomong Tidak” Adalah Bentuk
Belajar
Bagi anak,
berkata “tidak” bukan bentuk perlawanan. Itu latihan berpendapat.
Mereka sedang belajar mengenali keinginan dan mengekspresikan pendapatnya.
Tugas kita adalah
memberi ruang aman agar mereka bisa menyampaikan isi pikirannya — tanpa takut
dimarahi atau diabaikan.
Coba ubah reaksi dari “Kok kamu bantah sih?” menjadi:
“Oh, kamu punya
pendapat sendiri ya. Coba ceritain ke Bunda kenapa?”
Dengan kalimat
itu, anak merasa diterima dan belajar menyampaikan alasan dengan tenang.
Inilah bentuk komunikasi NLP yang empatik, bukan reaktif.
💗 2. Dengarkan Tanpa Langsung Mengoreksi
Orang tua sering
terburu-buru menjelaskan “mana yang benar”. Tapi anak lebih butuh didengar
dulu.
Ketika anak berkata, “Aku nggak mau mandi karena airnya dingin,” kita
bisa menjawab dengan validasi sederhana:
“Iya ya, airnya
memang dingin pagi ini. Kita cari cara biar lebih hangat, yuk.”
Dengan begitu,
anak merasa suaranya dihargai. Setelah itu, baru kita arahkan ke solusi
bersama.
Ini bukan berarti menuruti semua keinginan anak, tapi mengajarkan bahwa setiap
pendapat punya ruang dan arah.
🧠 3. Gunakan Pertanyaan Reflektif untuk Mengarahkan
Daripada
memerintah, coba arahkan dengan pertanyaan yang membuka kesadaran anak:
“Kalau kamu main
dulu sebelum makan, kira-kira perutmu nanti gimana ya?”
“Kalau kamu nggak pakai jaket, kira-kira bakal terasa apa di luar?”
Pertanyaan
seperti ini mengajak anak berpikir tentang konsekuensi tanpa merasa dihakimi.
Otak mereka jadi aktif mencari jawaban sendiri, bukan karena disuruh.
Inilah inti dari Neuro-Linguistic Programming (NLP): mengaktifkan
kesadaran melalui bahasa positif dan logika pengalaman.
🌈 4. Beri Ruang untuk
Memilih
Anak yang diberi pilihan merasa lebih dihargai dan lebih
mudah diarahkan.
Contoh kecil:
- “Kamu mau pakai baju biru atau hijau
hari ini?”
- “Kamu mau belajar dulu atau bantu
Bunda menyiapkan meja makan?”
Pilihan seperti
ini menjaga rasa otonomi anak, sekaligus mengarahkan mereka ke perilaku
positif.
Anak belajar bahwa kebebasan datang bersama tanggung jawab.
📘 5. Gunakan Little Planner untuk Menulis dan
Menyuarakan Pendapat Anak
Kadang anak belum
bisa menyampaikan perasaannya dengan kata-kata. Di sinilah Little Planner
bisa membantu.
Setiap halaman dirancang agar anak bisa:
- Menggambar
perasaannya hari ini 😄😢😠
- Menulis hal yang mereka sukai dan
tidak sukai
- Menyusun rencana harian dengan cara
mereka sendiri
Aktivitas ini
membuat anak merasa “didengar” — bahkan tanpa banyak bicara.
Mereka bisa menuangkan isi hati lewat warna, gambar, dan stiker.
Bagi orang tua,
halaman-halaman itu jadi jendela untuk memahami dunia batin anak — apa yang
mereka pikirkan, rasakan, dan harapkan.
🪞 6. Validasi Emosi Anak, Tapi Tetap Tetapkan Batas
Katakan bahwa
pendapat anak penting, tapi aturan keluarga juga harus dihormati.
Contohnya:
“Bunda paham kamu
pengin main lebih lama, tapi sekarang waktunya makan. Setelah itu kamu bisa
lanjut main lagi.”
Pendekatan ini
menyeimbangkan dua hal penting: koneksi dan struktur.
Anak belajar bahwa kebebasan selalu berjalan beriringan dengan tanggung jawab.
Dan ketika mereka
merasa diterima, mereka akan lebih mau mendengarkan.
🌷 Penutup – Anak yang Berani Berpendapat Akan
Tumbuh Jadi Pemimpin
Ketika kita
menanggapi opini anak dengan bijak, kita sedang menanamkan hal berharga:
kepercayaan diri, empati, dan kemampuan komunikasi yang sehat.
Mereka belajar bahwa berbeda pendapat bukan berarti berkonflik, tapi cara
menemukan titik temu.
Jadi, kalau hari
ini anakmu mulai berkata, “Aku maunya begini,” jangan panik.
Tersenyumlah — itu tanda bahwa ia sedang tumbuh. 🌱
Dan kalau Bunda
ingin membantu anak menyalurkan ekspresinya dengan cara yang kreatif dan
bermakna,
✨ Little Planner bisa jadi teman terbaiknya.
Planner ini membantu anak belajar mengatur kegiatan, mengenali perasaan, dan
menulis ide-ide kecil mereka — agar tumbuh jadi pribadi yang percaya diri dan
berpikir terbuka.
- cara bijak menghadapi anak yang suka
membantah
- komunikasi positif dengan anak usia
5–7 tahun
- mengajarkan anak menyampaikan
pendapat dengan sopan
- tips
parenting membangun kepercayaan diri anak
Tidak ada komentar untuk "Saat Anak Mulai Punya Opini Sendiri — Cara Bijak Menyikapinya agar Tetap Dekat dan Kompak"
Posting Komentar