Anak Suka Main Peran? Coba Ubah Jadi Petualangan Kreatif yang Bikin Mereka Bangga
Pernah nggak sih kamu memperhatikan anakmu sedang main peran dengan serius banget?
Kadang jadi dokter yang sibuk memeriksa boneka, kadang jadi kasir di toko
imajiner, atau bahkan jadi pemilik restoran dengan menu yang mereka tulis
sendiri di kertas coretan.
Bagi kita, itu
terlihat lucu dan polos. Tapi bagi mereka, itu nyata.
Dan di situlah letak keajaibannya.
Bermain peran
bukan sekadar hiburan. Itu adalah cara alami anak memahami dunia orang
dewasa, sekaligus menumbuhkan kemampuan sosial, empati, dan imajinasi
tanpa batas.
Kalau kita pandai mendampingi, permainan sederhana itu bisa berkembang jadi petualangan
kreatif yang bikin mereka bangga sama diri sendiri.
🌼 Dunia Imajinasi: Tempat Anak Belajar Tentang
Hidup
Anak-anak usia
5–10 tahun punya cara belajar yang berbeda. Mereka tidak duduk dan membaca
teori, tapi menyerap lewat pengalaman langsung dan pengulangan.
Itulah kenapa permainan peran seperti “jual beli”, “dokter-pasien”, atau “buka
toko mainan” sangat penting.
Menurut
pendekatan NLP (Neuro Linguistic Programming), saat anak berperan, mereka
sebenarnya sedang membentuk “peta makna” di otaknya — memetakan konsep tanggung
jawab, kerjasama, hingga keberanian.
Setiap kalimat
seperti “Selamat datang di toko saya!” atau “Silakan bayar di sini!”
adalah bentuk kecil dari latihan komunikasi, percaya diri, dan empati.
Dan semakin sering mereka melakukan itu, semakin kuat jaringan mental
positifnya terbentuk.
💬 Dari Main Peran ke Rasa Percaya Diri
Bermain peran
adalah latihan percaya diri yang paling alami.
Anak belajar mengekspresikan diri tanpa takut salah, karena semua terjadi dalam
“dunia imajinasi” mereka sendiri.
Ketika mereka
berpura-pura jadi pemilik toko, dokter, atau desainer, sebenarnya mereka
sedang:
- Melatih kemampuan berbicara dan
memimpin percakapan.
- Belajar mengambil keputusan kecil
(“Aku mau jual produk ini, bukan yang itu”).
- Membangun
kepercayaan diri dengan cara yang menyenangkan.
Sebagai orang
tua, kita bisa mendukung dengan mengapresiasi prosesnya, bukan hasilnya.
Misalnya dengan berkata,
“Wah, toko kamu
keren banget ya! Aku suka logo yang kamu buat.”
“Keren, kamu bisa buat menu sendiri loh!”
Kalimat apresiasi
seperti ini memperkuat anchoring positif di pikiran anak — konsep inti
dalam NLP yang menumbuhkan rasa bangga terhadap diri sendiri.
🎨 Ubah Main Peran Jadi Aktivitas Kreatif
Sekarang
bayangkan kalau semua ide dan imajinasi anak itu bisa diwujudkan jadi karya
nyata.
Misalnya, ketika mereka bilang, “Aku mau buka toko jus buah,” kamu bantu mereka
membuat logo, label, dan menu dengan tampilan sungguhan.
Kamu bisa mengajak mereka:
- Mendesain
logo toko di Canva.
- Membuat
kartu ucapan atau voucher untuk “pelanggan”.
- Menyusun daftar harga lucu dengan
warna kesukaan mereka.
Dengan cara ini,
anak tidak hanya bermain, tapi juga berkreasi dan belajar desain,
komunikasi, serta tanggung jawab.
Kegiatan ini
bukan sekadar “main-main” — tapi latihan hidup kecil yang menumbuhkan kepekaan
dan kreativitas.
🌈 Petualangan Keluarga di
Rumah
Bayangkan suasana sore di rumah: anak sibuk menata meja,
kamu membantu menyiapkan bahan, adik kecil jadi pelanggan pertama.
Tiba-tiba rumah berubah jadi “pasar
mini” penuh tawa dan ide-ide spontan.
Itulah momen
berharga yang tak bisa digantikan oleh gadget atau video YouTube mana pun.
Karena saat itu, anak sedang belajar sambil membangun koneksi emosional
dengan orang tuanya.
Permainan peran
yang kamu fasilitasi menjadi petualangan keluarga — tempat anak merasa
aman untuk mencoba hal baru dan bangga menunjukkan hasil karyanya.
💡 Membantu Anak Mengubah
Imajinasi Jadi Visual Nyata
Sebagian anak
punya banyak ide, tapi sulit menuangkannya dalam bentuk nyata.
Di sinilah alat bantu kreatif berperan.
Kini, banyak
media visual edukatif yang bisa membantu anak membuat “dunia mereka sendiri”
dengan mudah.
Salah satunya adalah Lilbiz Kit, kumpulan template interaktif yang bisa
diedit di Canva.
Dengan Lilbiz
Kit, anak bisa:
- Membuat logo, poster, label, kartu
ucapan, dan daftar menu sesuai imajinasi mereka.
- Mengubah permainan “jual-beli” jadi
proyek nyata yang bisa dicetak dan dipajang.
- Belajar konsep dasar branding dan
komunikasi dengan cara yang seru dan mudah.
Kamu bisa
menemani mereka sambil berdialog ringan:
“Logo toko kamu
mau warna apa?”
“Kalau jual minuman, posternya mau kamu tulis apa?”
Tanpa sadar, kamu
sedang melatih kemampuan berpikir kritis dan keputusan visual mereka.
🌟 Saat Anak Bangga dengan Karyanya
Ada rasa berbeda
ketika anak memegang hasil karyanya sendiri — apalagi jika mereka merasa itu
“buatan tangan” mereka.
Wajah mereka berbinar, dan kamu bisa melihat kebanggaan kecil itu muncul.
Itulah momen
penting.
Karena dari situlah lahir rasa percaya diri dan kesadaran diri yang sehat:
“Aku bisa bikin
sesuatu yang keren.”
Dan rasa bangga
itu tak bisa dibeli, tapi bisa kamu bantu tumbuhkan lewat aktivitas sederhana
seperti bermain peran kreatif di rumah.
💛 Penutup: Biarkan Mereka Jadi Bintang di Dunia
yang Mereka Ciptakan
Setiap anak punya
dunia imajinasi yang unik.
Tugas kita sebagai orang tua bukan memadamkan, tapi memberi ruang agar
mereka berani bersinar di dalamnya.
Mulailah dari hal
kecil: ajak mereka bermain peran, bantu visualisasikan ide mereka, dan rayakan
setiap hasil karya sekecil apa pun.
Dan kalau kamu
ingin membuat permainan itu lebih bermakna dan terarah, kamu bisa coba bantu
mereka dengan Lilbiz Kit — paket kreatif edukatif yang membantu anak
mengubah imajinasi jadi proyek nyata penuh kebanggaan.
Tidak ada komentar untuk "Anak Suka Main Peran? Coba Ubah Jadi Petualangan Kreatif yang Bikin Mereka Bangga"
Posting Komentar