Kenapa Anak Perlu Diajari Merencanakan Harinya Sejak Dini (Biar Nggak Bingung di Masa Depan)
Dari Hal Sederhana, Jadi Bekal Seumur Hidup
Pernah nggak,
kamu melihat anakmu bingung harus mulai dari mana saat mengerjakan sesuatu?
Misalnya, mau belajar tapi nggak tahu buku mana dulu yang harus dibuka, atau
mau main tapi ujung-ujungnya malah berantakan semua. Sebenarnya, itu hal wajar
kok — karena keterampilan mengatur waktu dan merencanakan kegiatan memang belum
alami muncul pada anak usia dini. Tapi kabar baiknya: kemampuan itu bisa diajarkan,
dan dampaknya luar biasa besar untuk masa depannya.
Anak yang belajar
merencanakan harinya sejak kecil biasanya tumbuh lebih percaya diri, lebih
mandiri, dan punya daya kendali atas waktu dan tugasnya. Nah, di sinilah
peran orang tua jadi sangat penting.
1. Otak Anak
Belajar dari Rutinitas yang Teratur
Di usia 5–7
tahun, otak anak sedang berada di fase emas (golden age) dalam membentuk
kebiasaan dan struktur berpikir. Mereka mulai bisa memahami konsep waktu —
“sekarang”, “nanti”, “besok” — walau masih sederhana. Dengan membiasakan mereka
merencanakan aktivitas hariannya, kamu sedang membantu otaknya membangun sistem
berpikir yang lebih runtut.
Contohnya, saat
kamu bilang:
“Pagi kita mandi
dan sarapan, habis itu kamu gambar, lalu main sepeda.”
Anak belajar
bahwa kegiatan punya urutan dan waktu. Kalau dilakukan terus, ia akan mulai memetakan
hari-harinya sendiri — dari bangun pagi sampai tidur malam.
2. Belajar Merencanakan = Belajar Bertanggung Jawab
Banyak orang tua berpikir tanggung jawab itu baru diajarkan
saat anak lebih besar. Padahal, dasar tanggung jawab justru mulai dari hal
kecil: menepati rencana yang dibuatnya sendiri.
Misalnya, kamu
buat kesepakatan ringan dengan anak:
“Kamu pilih tiga
hal yang mau kamu lakukan hari ini ya, nanti Mama bantu tuliskan.”
Anak bisa menulis
(atau menggambar) jadwalnya di planner sederhana. Kalau ia berhasil
melakukannya, berikan apresiasi, bukan hadiah besar — cukup pujian seperti,
“Kamu keren
banget, bisa ngikutin rencanamu sendiri!”
Hal-hal kecil seperti ini menumbuhkan rasa self-control
dan tanggung jawab tanpa paksaan.
3. Rencana
Harian Melatih Anak Mengenal Prioritas
Seringkali anak
ingin melakukan semuanya sekaligus — main, nonton, makan, jalan-jalan.
Dengan perencanaan, mereka belajar konsep penting: mana yang harus duluan,
mana yang bisa nanti.
Kamu bisa bantu
dengan cara yang menyenangkan. Contohnya:
- “Menurut
kamu, mana yang lebih penting: ngerjain PR atau main game dulu?”
- “Kalau kita udah mandi dulu, nanti
mainnya lebih enak kan?”
Pertanyaan
semacam ini memancing anak berpikir, bukan sekadar disuruh. Itulah inti dari
pembelajaran NLP yang efektif untuk anak — membantu mereka menyadari pola pikir
dan membuat keputusan sendiri.
4. Anak yang
Terencana, Biasanya Lebih Tenang dan Fokus
Pernah merasakan
suasana pagi yang penuh drama? Semua serba buru-buru, anak rewel, kamu pun ikut
stres. Salah satu penyebabnya sering kali adalah hari yang tidak terencana.
Dengan bantuan
planner harian, anak bisa tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini. Ketika
semua jelas, mereka merasa aman — tidak ada kejutan yang bikin cemas. Itu
sebabnya, anak-anak yang terbiasa punya rencana harian cenderung lebih tenang,
lebih mudah fokus, dan jarang tantrum tanpa sebab.
5. Cara Mudah
Mengajarkan Anak Merencanakan Harinya
Nggak perlu alat
ribet kok, kamu bisa mulai dengan cara-cara sederhana berikut:
- Gunakan planner visual — seperti Little Planner yang
penuh warna dan ilustrasi lucu. Anak bisa menempel stiker, mencentang
kegiatan, dan menulis hal yang sudah ia lakukan.
- Lakukan bersama — jadikan momen ini kegiatan bonding
sore hari. Duduk bareng, isi planner, sambil ngobrol ringan tentang
harinya.
- Berikan ruang fleksibilitas — ajarkan bahwa rencana boleh
berubah. Ini melatih anak beradaptasi tanpa kehilangan arah.
- Rayakan progres kecil — misalnya, “Kamu hebat banget, hari
ini semua kegiatanmu selesai tepat waktu!”
Ingat, yang
penting bukan kesempurnaan, tapi proses belajar dan konsistensinya.
6. Efek Jangka
Panjang yang Jarang Disadari
Anak yang
terbiasa merencanakan hari-harinya sejak kecil akan tumbuh menjadi pribadi
yang:
- Punya kemampuan organisasi yang kuat,
- Mampu mengatur waktu dengan bijak,
- Lebih
siap menghadapi perubahan,
- Dan
lebih percaya diri mengambil keputusan.
Bayangkan betapa
besarnya manfaat ini nanti saat ia mulai sekolah formal, bahkan hingga dewasa.
Semua berawal dari hal sederhana: planner kecil yang menuntunnya setiap
hari.
Penutup: Bantu
Anakmu Belajar Mengatur Hari dengan Cara yang Menyenangkan
Mengajarkan
perencanaan bukan tentang membatasi anak, tapi tentang memberi arah.
Dengan alat bantu yang dirancang khusus untuk anak-anak seperti Little
Planner, kegiatan ini bisa berubah jadi momen seru penuh warna. Anak merasa
punya kendali atas harinya, sementara kamu melihat mereka tumbuh dengan cara
yang lebih terarah dan bahagia.
✨ Yuk, bantu anakmu mengenal konsep waktu
dan tanggung jawab sejak dini lewat cara yang menyenangkan.
Kamu bisa temukan Little Planner di kliklaman.com/little-planner dan jadikan setiap harinya lebih bermakna.
- cara
mengajarkan anak merencanakan hari
- manfaat
planner anak usia dini
- kebiasaan
anak mandiri sejak kecil
- tips
membangun rutinitas anak
- cara agar anak belajar tanggung
jawab
Tidak ada komentar untuk "Kenapa Anak Perlu Diajari Merencanakan Harinya Sejak Dini (Biar Nggak Bingung di Masa Depan)"
Posting Komentar