Anak Suka Menunda-nunda? Mungkin Ia Hanya Butuh Rencana yang Jelas

Anak Suka Menunda-nunda Mungkin Ia Hanya Butuh Rencana yang Jelas

Drama Klasik Setiap Pagi

“Dek, ayo cepet pakai baju!”
“Nanti, Ma… bentar lagi.”
“Sudah jam tujuh, ayo buru-buru!”
“Iyaaa, nanti aja!”

Kalimat seperti ini mungkin sudah sangat akrab di telinga para orang tua. Anak yang suka menunda-nunda sering bikin kita gemas dan kehilangan kesabaran. Tapi tahukah kamu? Dalam banyak kasus, menunda bukan berarti malas, melainkan tanda bahwa anak belum punya arah yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, kapan, dan bagaimana caranya.

Menunda-nunda adalah bentuk kebingungan kecil — bukan pembangkangan. Dan kabar baiknya, kamu bisa membantu anak mengatasinya dengan cara yang lembut dan menyenangkan.


1. Menunda Sering Kali Karena Anak Tidak Punya “Peta” Kegiatan

Bayangkan kamu baru bangun dan tidak tahu agenda hari ini. Rasanya membingungkan, kan? Nah, begitu juga dengan anak. Saat mereka tidak punya peta waktu (alias rencana harian), semua kegiatan terasa kabur.

Hasilnya? Mereka lebih cenderung:

  • Menunda karena belum tahu prioritasnya,
  • Mengulur waktu karena takut salah,
  • Atau sekadar bingung mau mulai dari mana.

Itulah sebabnya, membuat rencana sederhana setiap hari bisa membantu anak keluar dari lingkaran menunda. Mereka jadi tahu: setelah sarapan, waktunya mandi. Setelah mandi, waktunya main. Dan setelah main, waktunya belajar.

Dengan begitu, anak tidak lagi “mengira-ngira”, tapi tahu dengan pasti apa langkah berikutnya.


2. Anak Butuh Visual, Bukan Sekadar Kata-kata

Anak usia 5–7 tahun masih berpikir dalam bentuk gambar dan warna. Jadi, ketika orang tua hanya memberi instruksi verbal seperti:

“Habis makan langsung belajar, ya.”
itu seringkali masuk telinga kanan, keluar telinga kiri
😅

Tapi jika kamu menulisnya di planner berwarna atau menggunakan stiker kegiatan, anak langsung melihat urutannya. Visualisasi ini membantu otak mereka menyusun urutan tindakan.

Coba gunakan planner seperti Little Planner, di mana anak bisa:

  • Melihat urutan kegiatannya hari ini,
  • Menandai kegiatan yang sudah selesai,
  • Menempel stiker sebagai bentuk apresiasi,
  • Dan menggambar kegiatan yang paling mereka sukai.

Dengan visual yang menarik, perencanaan bukan lagi “perintah dari orang tua,” tapi permainan kecil yang mereka nikmati.


3. Menunda Kadang Tanda Anak Butuh Waktu Transisi

Kadang anak tidak langsung mau melakukan sesuatu bukan karena malas, tapi karena otaknya butuh waktu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

Misalnya, dari main ke belajar.
Dari nonton ke tidur.
Dari berlari ke duduk diam.

Bagi anak, perubahan semacam ini adalah loncatan besar.

Kamu bisa bantu dengan cara sederhana:

  • Gunakan timer visual — “Nanti setelah jarum kecil sampai sini, kita mulai belajar ya.”
  • Beri pilihan kecil — “Kamu mau mulai belajar jam 3 atau jam 3.30?”
  • Gunakan planner — supaya mereka bisa melihat bahwa setelah belajar masih ada waktu bermain.

Dengan begitu, anak belajar bahwa semua kegiatan punya waktunya — tidak perlu ditunda, cukup dilakukan dengan urutan yang nyaman.


4. Anak yang Punya Rencana, Lebih Tenang dan Fokus

Keteraturan memberi rasa aman. Saat anak tahu apa yang akan terjadi, otaknya tidak perlu terus-menerus menebak-nebak. Akibatnya, mereka jadi lebih fokus, lebih mudah diarahkan, dan tidak mudah rewel.

Sebuah studi psikologi anak bahkan menunjukkan bahwa anak-anak yang terbiasa punya rutinitas terencana cenderung:

  • Lebih cepat beradaptasi di lingkungan baru,
  • Memiliki daya konsentrasi lebih baik,
  • Dan punya emosi yang lebih stabil.

Artinya, rencana harian bukan cuma soal efisiensi waktu, tapi juga kesehatan emosional anak.


5. Cara Seru Membantu Anak Mengatasi Kebiasaan Menunda

Buat proses perencanaan jadi bagian dari permainan, bukan kewajiban. Berikut beberapa ide yang bisa kamu coba:

  1. “Roda Aktivitas” – buat lingkaran berisi kegiatan harian, lalu putar bersama anak setiap pagi.
  2. “Planner Ceria” – gunakan planner dengan warna cerah dan stiker bintang untuk tiap tugas yang selesai.
  3. “Cerita Waktu” – bacakan kisah pendek sebelum tidur tentang tokoh yang disiplin dan tahu kapan harus berhenti bermain.
  4. “Jeda Ajaib” – beri waktu 5 menit transisi antara aktivitas, sambil hitung mundur atau nyanyi bareng.

Triknya sederhana: buat waktu dan rencana terasa menyenangkan, bukan membebani.


6. Orang Tua Juga Perlu Sadar: Konsistensi Lebih Penting dari Kesempurnaan

Anak yang suka menunda-nunda nggak bisa langsung berubah dalam sehari. Tapi kalau kamu konsisten membuat planner bersama setiap hari, lama-lama pola pikirnya ikut terbentuk.

Anak belajar bahwa waktu punya urutan.
Bahwa setiap kegiatan ada waktunya.
Bahwa menunda berarti mengubah seluruh alur hari.

Dan perubahan besar seperti itu dimulai dari hal kecil — satu planner, satu kebiasaan sederhana.


Penutup: Jadikan Rencana Harian Sebagai Kompas, Bukan Penjara

Rencana harian bukan berarti mengikat anak dengan jadwal kaku. Justru sebaliknya — itu adalah kompas yang membantu mereka menavigasi waktu dengan tenang.

Dengan bantuan planner seperti Little Planner, kamu bisa membantu anak membangun kebiasaan positif ini dengan cara yang lembut dan menyenangkan. Setiap kotak yang mereka isi, setiap stiker yang mereka tempel, adalah langkah kecil menuju kemandirian dan rasa percaya diri yang lebih kuat.

Yuk, bantu anakmu keluar dari kebiasaan menunda dengan cara yang positif.
Kamu bisa dapatkan Little Planner di
kliklaman.com/little-planner — teman kecil untuk bantu mereka merencanakan hari dengan bahagia.


    • cara mengatasi anak suka menunda
    • manfaat planner anak usia dini
    • tips agar anak disiplin waktu
    • kenapa anak sulit fokus dan menunda
    • cara membuat rutinitas harian anak

 

Tidak ada komentar untuk "Anak Suka Menunda-nunda? Mungkin Ia Hanya Butuh Rencana yang Jelas"